Pasukan militer tetap dikerahkan di seluruh penjuru ibukota ini, tetapi mereka tidak berusaha membubarkan warga yang berkumpul untuk rapat umum tersebut. Pihak militer sebelumnya mengumumkan pihaknya memaklumi “tuntutan yang sah” rakyat Mesir, dan berjanji tidak akan menembak ke arah para demonstran.
Demonstrasi besar-besaran kedua direncanakan akan dilakukan Selasa di kota pelabuhan Iskandariah, Mesir bagian utara.
Pelayanan kereta api nasional dibatalkan untuk hari kedua, melanjutkan apa yang oleh sebagian orang dianggap sebagai upaya oleh pihak berwenang untuk mencegah penduduk desa bergabung dengan demonstran di kota.
Pemutusan internet masih tetap berlangsung pada hari Selasa, sementara Google mengumumkan pihaknya telah menciptakan cara bagi pengguna Twitter untuk memuat tulisan dengan memutar nomor telepon tertentu dan meninggalkan pesan dalam kotak suara.
Meski demikian sejumlah kecil umat Yahudi memberikan respon jika perubahan di Mesir akan mengubah sistem pemerintahan dan membawa kekuatan baru para ekstrimis untuk menghancurkan Israel dan bahkan membatalkan perjanjian damai antara Israel dan Mesir yang sudah berlangsung selama 30 tahun.
Tapi, pendapat ini tak menghalangi mayoritas warga Yahudi untuk sebuah perubahan yang terjadi di negara itu. Kekhawatiran itu memang tidak hadir begitu saja. Israel sengaja menjadi sekutu dari rezim di Mesir dan menggunakan aliansi itu untuk memastikan bahwa perbatasan dengan Gaza tetap ditutup.
Penutupan ini diharapkan agar bisa menghancurkan Hamas dari segi ekonomi yang dibutuhkan untuk membangun kembali wilayah yang rusak setelah Israel menyerang pada Desember 2008 dan Januari 2009. jika warga Mesir memenangkan pertarungan ini maka sepertinya lebih terlihat mereka akan memihak ke Hamas ketimbang meneruskan blokade Israel di perbatasan Gaza.
Seperti dikutip detikcom dari BBC, Minggu (30/1/2011), Dua jet angkatan udara dan helikopter berulang kali terbang rendah di atas Tahrir Square, titik pertemuan utama bagi demonstran.
Aksi unjuk gigi militer Mesir ini memancing perhatian demonstran. Demonstran terkejut karena jet militer ini tak pernah terbang melintasi pusat kota Kairo, Mesir. Mereka menduga ini sebagai bentuk intimidasi militer terhadap demonstran.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton telah menyerukan untuk sebuah "transisi tertib" kekuasaan di Mesir.
"Kami ingin melihat transisi yang tertib sehingga tidak ada kekosongan kekuasaan, semua direncanakan dengan baik membawa pemerintahan yang partisipatif demokratis," ujar Hillary.
"Kami juga tidak ingin melihat beberapa pengambilalihan yang akan mengakibatkan tidak demokrasi tetapi penindasan sebagai jawaban aspirasi rakyat Mesir," imbuhnya.